Senin, 20 Juni 2016

Sejarah dan Perkembangan ejaan yang ada di Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.      Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung atau lisan, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan.Dalam era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi seperti sekarang ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar.Untuk memahami informasi tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian secara baik dan tepat dan dengan penyampaian informasi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar.
Guna memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, di sinilah peran aturan baku digunakan. Dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketatabahasaan Indonesia yang baik dan benar.Ejaan adalah salah satu dari rambu-rambu tersebut.Seringkali ejaan di Indonesia mengalami pergantian dari tahun ke tahun guna mengikuti perkembangan zaman. Adapun tujuan dari pergantian sistem ejaan di Indonesia tak lain untuk menyempurnakan aturan berbahasa masyarakat Indonesia dan Pedoman Umum Ejaaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah wujud kongkret dari penyempurnaan ejaan di Indonesia saat ini. Perkembangan ejaan, khususnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) di Indonesia adalah submateri dalam ketatabahasaan Indonesia yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan dipahami secara baik dan terarah. Dalam praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat dilakukan secara baik dan benar.  



1.2.   Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari ejaan ?
2. Bagaimana perkembangan ejaan di Indonesia ?

1.3.   Pemecahan Masalah

A.    Pengertian ejaan
B.    Sejarah perkembangan ejaan di Indonesia
1.      Ejaan yang diresmikan (Ejaan Van Ophuijsen)
2.      Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
3.   Ejaan Pembaharuan
4.      Ejaan yang tidak diresmikan (Ejaan Melindo)
5.   Ejaan LBK
6.      Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

1.4.   Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian ejaan dan bagaimana sejarah perkembangan ejaan di Indonesia.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1.   Pengertian Ejaan

Ejaan adalah aturan tulis menulis.Secara lengkap dapat dikatakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antarlambang tersebut (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa).Secara teknis ejaan adalah aturan tulis-menulis dalam suatu bahasa yang berhubungan dengan penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Masalah ejaan adalah masalah tulis-menulis dalam bahasa Indonesia. Dalam usaha memodernkan bahasa Indonesia, cara menulis atau aturan tulis-menulis dalam bahasa Indonesia sangat perlu diutamakan karena tulisan merupakan tempat pencurahan konsep pikir para penulis itu sendiri. Dalam hubungan itu, suatu komunikasi yang dilakukan dengan tulis-menulis (dalam arti komunikasi jarak jauh dengan surat, umpamanya) harus menerapkan ejaan. Oleh sebab itu, materi ejaan akan dipakai oleh semua sasaran pembina bahasa Indonesia. Bagi masyarakat umum, masalah ejaan barangkali saja masih berkutat pada masalah keniraksaraan sehingga masyarakat tersebut harus dibina dalam hal pengenalan aksara latin.
            Ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tapi juga berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata atau kalimat. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).
Saat ini bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagai sistem tatabahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan tidak hanya meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca saja, melainkan juga meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan pedoman pemenggalan kata. 
Secara defenitif, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem ejaan bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972 yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Sistem ejaan ini, pada mulanya, disebarkan melalui buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.Buku kecil ini merupakan buku patokan pemakaian sistem ejaan ini. Tetapi, di kemudian hari, karena buku penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Kemudian, pada Tahun 1987, kedua buku pedoman tersebut direvisi.Kemudian, edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.



2.2.   Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia

Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu.Di Nusantara ini, bukan saja aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong (incung).
2.2.1.  Ejaan yang diresmikan (Ejaan Van Ophuijsen) 1901-1947
Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen) merupakan tokoh penting dalam tonggak bahasa Indonesia. Seperti yang sudah kami sebutkan sebelumnya di atas, ejaan Ophuijsen lahir dari niat pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman variasi bahasa Melayu yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus memudahkan Belanda menyebarkan kekuasaan di daerah kolonisasinya.
Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan van Ophuysen
Dulu, bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal BI ditulis menggunakan huruf Jawi (Arab Melayu atau Arab gundul). Meskipun bahasa ini tetap hidup di masyarakat, para sarjana Belanda menilai bahasa Melayu tidak cocok menggunakan huruf Arab karena penulisan huruf vokal seperti e, i, oditulis sama saja saat ingin menuliskan kata yang memiliki vocal adan u.
Sebenarnya bukan itu saja, salah satunya karena ancaman militansi umat Islam bagi kolonial Belanda membuat Belanda merasa perlu mengurangi pengaruh Islam-arab di Nusantara.
Faktor lain penetapan ejaan baku ini diresmikan Belanda karena pada saat itu pemerintah kolonial sedang menjalankan politik etisnya di Nusantara, yaitu sebuah kebijakan untuk membuka peluang pendidikan bagi kaum ningrat Nusantara. Masalahnya, jika bahasa Melayu tidak distandarkan, proses pendidikan ini akan terhambat. Coba bayangkan kalau tidak ada standar bahasa, pasti ssangat sulitmelakukan proses belajar-mengajar?
Dalam karirnya sebagai inspektur pendidikan ulayat (kaum bumiputera, saat itu), van Ophuijsen telah membuat Kitab Logat Melayu: Woordenlijst voor de spelling der Malaisch taal met Latijnch karakter (Perbendaharaan Kosakata: daftar kata untuk ejaan bahasa Melayu dalam huruf Latin) yang diterbitkan di Batavia 1901 dan berisi 10.130 kata-kata Melayu dalam ejaan baru, dengan prinsip ejaan bahasa Belanda. Kitab ini merupakan upaya Belanda dalam membuat standar bahasa saat mereka bercokol di Nusantara.Namanya berbasis alasan kolonial, tentu ini dibuat agar bisa meluaskan kekuasaan mereka sekaligus dapat menyatukan Nusantara di bawah kendalinya.Belanda menerapkan bahasa ini mulai dari sekolah-sekolah bumiputera.Oleh karena itu, bahasa Melayu Ophuijsen ini sering disebut “bahasa Melayu sekolahan”. Tidak berhenti di situ, sejak penerbit Balai Poestaka (sekarang: Balai Pustaka) didirikan Belanda, bahasa ini semakin menancap di kaum terdidik Nusantara. Artinya Belanda melalui pemerintah kolonialnya berhasil melakukan politik bahasa dengan menjadikan bahasa (Melayu) Indonesia sebagai standar bahasa kita, yang bahkan masih berlaku hingga saat ini.
Apakah pernah terpikir, bagaimana bisa seorang Belanda totok macam van Ophuijsen bisa menulis kitab bahasa Melayu yang demikian kompleks?Ternyata eyang buyut Ophuijsenini lahir di Solok, Sumatera Barat, tempat digunakannya bahasa Melayu dengan masif.Selain memang suka mempelajari bahasa-bahasa di Nusantara, kehidupan masa kecil van Ophuijsen yang lahir di tanah Minangkabau ini memudahkannya membuat standar yang menjadi cikal-bakal Bahasa Indonesia yang kita pakai hingga saat ini.Tidak heran lagi, akhirnya dia diangkat menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda.
Ciri-Ciri Ejaan van Ophuysen
Dalam merumuskan buku tersebut (1896), van Ophuijsen dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Pedoman tata bahasa ini selanjutnya dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen dan diakui pemerintah kolonial tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:huruf /y/ ditulis dengan /j/
Ejaan Van Ophuysen
EYD
Sajang
Sayang
Oemoem
Umum
Ra’yat
Rakyat
Tjacara
Cara
achir
Akhir

Ternyata, jauh sebelum menerbitkan Kitab Logat Bahasa Melayu, lelaki yang lahir tahun 1856 dan meninggal tahun 1917 ini sudah membuat dua buku bahasa lain: Kijkjes in Het Huiselijk Leven Volkdicht(Pengamatan Selintas Kehidupan Kekeluargaan Suku Batak) tahun 1879 dan Maleische Spraakkunst (Tata Bahasa Melayu) tahun 1910. Buku Tata Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi pedoman dalam berbahasa Melayu di Indonesia setelah diterjemahkan oleh T.W. Kamil dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Kecakapannya di bidang bahasa membuat pemerintah kolonial menugaskannya untuk merumuskan tata bahasa Melayu baku. Maka mulailah Ophuysen berjalan menyusuri Sumatera hingga Semenanjung Malaya untuk meneliti bentuk murni dari bahasa melayu hingga terpilihlah bahasa melayu Riau sebagai patokan standardisasi
Pro-Kontra Ejaan van Ophuysen
Layaknya pro dan kontra, ada yang sepakat dan menolak, hal itu terjadi pada karya Ophuijsen ini. Meskipun jasa Opuijsen ini begitu besar, ada juga yang menudingnya sebagai arsitek yang telah menggusur varian bahasa Melayu lain. Joss Wibisono, sejarawan, menyalahkan Ophuijsen sebagai pihak yang menjadikan derajat bahasa Melayu Riau (Riouw Maleisch) lebih tinggi daripada Melayu pasar (laag Maleis) yang memang digunakan secara meluas oleh khalayak di Nusantara dulu. Bagi Joss, Melayu Riau itu mitos, dan hanya ditemui di karya sastra (yang nanti setelah dibakukan oleh Belanda kemudian disebarluaskan melalui novel-novel terbitan Balai Pustaka).
Meski ejaan Ophuysen sudah dihilangkan oleh pemerintah dulu, tetapi ejaan ini nyatanya tidak benar-benar hilang. Lihat saja merek dagang: Bakoel Koffie (http://www.bakoelkoffie.com/) yang ingin memunculkan kembali suasana tempo doeloe. Selain itu, Eka Kurniawan, seorang sastrawan muda, pernah menelurkan kompilasi cerpen berjudulCinta Tak Ada Mati (2005), dengan memakai ejaan Ophuysen di salah satu cerpennya: Pengakoean Seorang Pemadat Indis. Eka beralasan ingin tampil orisinal dengan ejaan ini dan berniat menggugah generasi muda pada ejaan lama agar tidak enggan membaca tulisan-tulisan jadul.

2.2.2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) – 1947-1972
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 oleh Menteri, Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi, menggantikan ejaan Ophuijsen. Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.
Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Soewandi
Menteri yang sebenarnya ahli hukum dan merupakan notaris pertama bumiputera ini punya alasan mencanangkan ejaan ini.Faktor kebangsaan Indonesia yang sudah merdeka dan ingin mengikis citra Belanda yang diwakili oleh ejaan Ophuijsen membuat pentingnya adanya perubahan ejaan di bahasa kita.Apalagi, saat itu London sedang sirik-siriknya melihat pencapaian kemerdekaan mantan negara jajahannya ini hingga datang lagi ke Indonesia dengan memboncengi sekutu (tahun 1947).Semakin jelek impresi Belanda yang terwakilkan dalam ejaan Ophuijsen.

Ciri-ciri Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi
EYD
Suharto
Suharto
Rakyat
Rakyat
Bersenang2
Bersenang-senang

2.2.3. Ejaan Pembaharuan  1957
Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini bermula dari polemik yang terjadi pada Kongres Bahasa Indonesia ke-2 di Medan tahun 1954.Kongres kedua ini akhirnya diadakan setelah pertama kali diadakan di Solo tahun 1938. Yamin selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan pemrakarsa Kongres Bahasa Indonesia ke-2 mengatakan bahwa kongres ini merupakan bentuk rasa prihatinnya akan kondisi bahasa Indonesia saat itu yang masih belum mapan. Medan pun dipilih karena di kota itulah bahasa Indonesia dipakai dan terpelihara, baik dalam rumah tangga ataupun dalam masyarakat, setidaknya itu alasan Yamin. Di kongres ini, memang diusulkan banyak hal dan salah satunya adalah perubahan ejaan.Usulan ini ditindaklanjuti oleh pemerintah waktu itu dengan membentuk panitia pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
Ciri-ciri Ejaan Pembaharuan
Panitia ini diharapkan bisa membuat standar satu fonem dengan satu huruf (misalnya menyanyi: menjanji menjadi meñañi; atau mengalah: mengalah menjadi meɳalah). Penyederhanaan ini sesuai dengan iktikad agar dibuat ejaan yang praktis saat dipakai dalam keseharian.Selain itu, isu tanda diakritis diputuskan agar kembali digunakan. Alhasil, k-e-ndaraan dengan é(seperti elo mengeja k-e-lainan) yang tadinya ditulis sama dengan k-e-mah, akhirnya ditulis berbeda. Untuk kata sjarat (syarat) dibedakan menjadi śarat.
Kalau tidak hati-hati, bisa saja nyaru antara sarat (penuh/termuat) dengan syarat.Sedangkan huruf j yang digunakan pada kata jang (yang) malah sudah disepakai ditulis menjadi yang (seperti kita pakai sekarang). Kata mengapa pun akan dieja menjadimeɳapa. Untuk kata-kata berdiftong ai, au, dan oi seperti sungai, kerbau, dan koboi akan dieja dengan sungay, kerbaw, dan koboy.
Ejaan Pembaharuan ini dibuat dengan maksud menyempurnakan Ejaan Soewandi dan juga disebut dengan Ejaan Prijono-Katoppo.Meskipun salah satu putusan kongres menyatakan supaya ejaan itu ditetapkan undang-undang, ejaan ini urung diresmikan.Meskipun demikian, ejaan ini disinyalir menjadi pemantik awal diberlakukannya EYD tahun 1972.
Ejaan Pembaharuan
EYD
Jakarta
Jakarta
Paway
Pawai
Kalaw
Kalau
Tomboy
Tomboi



Sejak Kongres bahasa tahun 1954 di Medan dan dihadiri oleh delegasi Malaysia, maka mulailah ada keinginan di antara dua penutur Bahasa Melayu ini untuk menyatukan ejaan. Keinginan ini semakin kuat sejak Malaysia merdeka tahun 1957 dan kita pun menandatangani kesepakatan untuk membicarakan ejaan bersama tahun 1959-nya. Sayangnya, karena situasi politik kita yang sedang memanas (Indonesia sedang condong ke poros Moskow-Peking-Pyongyang, sedangkan Malaysia yang Inggris ), akhirnya ditangguhkan dulu pembahasannya. Hal lain yang membuat ejaan ini kurang menarik adalah perubahan huruf-huruf yang dianggap aneh. Misalnya, kata "menyapu" akan ditulis "meɳapu"; "syair" ditulis "Ŝyair"; "ngopi" menjadi "ɳopi"; atau "koboi" ditulis "koboy". Mungkin aneh karena belum biasa dan harus menyesuaikan diri lagi.Tapi, akhirnya, usulan yang mustahil dilaksanakan ini dengan cepat ditinggalkan.
Ejaan Melindo
EYD
Remaja
Remaja
Cakap
Cakap
Syair
Syair

2.2.5. Ejaan LBK 1966
Sebelum adanya EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang bernama Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan ini, sebenarnya estafet dari ikhtiar yang sudah dirintis oleh panitia Ejaan Melindo.Anggota pelaksananya pun terdiri dari panitia ejaan dari Malaysia.Pada intinya, hampir tidak ada perbedaan berarti di antara ejaan LBK dengan EYD, kecuali pada rincian kaidah-kaidah saja.
Ejaan LBK
EYD
Fasih
Fasih
Pajak
Pajak
Ikhlas
Ikhlas

2.2.6.Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) 1972

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan atau biasa disebut EYD, diberlakukan sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Augustus 1972. Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ditetapkan oleh Mendikbud pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku diseluruh Indonesia dan disempurnakan lagi pada tahun 1987.

Dikatakan ejaan yang disempurnakan karena ejaan tersebut merupakan penyempurnaan dari beberapa ejaan sebelumnya. Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam  EYD, antara lain:
1)      Pembentukan Huruf
     Ejaan lama                                                                       EYD
    dj           jarum                                                                   j       jarum
    tj            tjut                                                                       c      cut
    nj            njawa                                                                  ny    nyawa

2)      Huruf f, r, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing, misalnya khilaf, zakat.
3)      Huruf g dan x lazim digunakan dalam ilmu pengetahuan tetap, misalnya furgan dan xenon.
4)      Penulisan di - sebagai awalan dibedakan dengan di sebagai kata depan.



     Contoh :
                   Awalan                                                         kata Depan
                      di-                                                                    di
                 dikhianati                                                         di kampus 

5)      Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya, bukan dengan angka dua/2 .
Contoh :
            - Mahasiswa-mahasiswa                                     Mahasiswa2
            - Bermain-main                                                   Bermain2 



Secara umum hal-hal yang diatur dalam EYD adalah sebagai berikut :

1.      Pemakaian huruf
2.      Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
3.      Penulisan kata
4.      Penulisan unsur serapan
5.      Pemakaian tanda baca



















BAB III
Simpulan

3.1.
Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Sehingga dengan beberapa ejaan yang ada sesuai dengan perkembangan ejaan di Indonesia,adapun kesimpulan yang dapat kami tarik adalah :
Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan yang pertama muncul,ejaan ini dimunculkan untuk menjawab permasalahan permasalahan pada masa itu,yaitu banyaknya muncul karya karya sastra sesuai dengan aturan yang dibuat sendiri.Sehingga ketika dibaca oleh orang lain akan terjadi (gap) sehingga pesan pesan yang disampaikan penyair tidak dapat ditangkap oleh pembaca.Lalu sesuai dengan perkembangan jaman,munculah ejaan Republik yang digagas oleh Mr.Soewandi tujuaannya untuk menyempurnakan ejaan Van ophuysen yang dianggap masih terlalu runyam.Selanjutnya muncul ejaan pembaharuan yang bertujuan untuk memperbaharui ejaan republik yang digagas oleh Katoppo dan prijono,Namun ejaan ini juga masih diaggap kurang maksimal sehingga muncullah gerakan Persekutuan Panitia Kerja sama bahasa Melayu – Bahasa Indonesia,Ejaan ini untuk menyempurnakan ketegangan politik antara Indonesia dengan Malaysia.Namun secara konsep ejaan ini tidak jauh berbeda dengan ejaan sebelumnya.Untuk selanjutnya Ejaan LBK muncul dengan sebutan ejaan baru karena merupakan lanjutan dari keseluruhan ejaan yang ada.Dan yang terakhir oleh Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972 secara Resmi dikumendangkan untuk digunakan oleh penulis.Ejaan ini merupakan Penyempurnaan dari keseluruhan ejaan yang terdahulu sehingga dengan adanya Ejaan yang disempurnakan ini memungkinkan penulisan yang secara wajib digunakan dalam berbagai jenis tulisan,khususnya tulisan Ilmiah (Non Fiksi ).

3.2. Saran

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat.dalam bangsa ini.Dengan mempelajari ejaan yang disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai
Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Hi-Fest Publishing



Tidak ada komentar:

Posting Komentar